Kamis, 09 Juli 2009

Penyerangan Seksual dan Perkosaan

Perkosaan, yang juga dikatakan sebagai penyerangan seksual, adalah sebuah bentuk penyerangan yang melibatkan hubungan seksual atau penetrasi seksual seseorang tanpa mendapat ijin. Perkosaan biasanya disadari sebagai kejahatan seks yang serius, seperti juga penyerangan sipil.
Pelaku perkosaan bisa termasuk orang asing, kenalan, tetangga, atasan, atau anggota keluarga. Korban wanita biasanya lebih dapat mengalami penyerangan oleh kenalan (seperti teman atau teman sepekerjaan), pasangan kencan, mantan pacar atau pasangan intim daripada orang asing.
Penelitian menunjukan bahwa kerusakan psikologis dapat sangat berat ketika penyerangan seksual dilakukan oleh orang tua terhadap anak mereka. Incest antara seorang anak kecil atau anak remaja dan orang dewasa yang dikenalnya telah dikenal sebagai bentuk paling luas dari kekerasan seksual pada anak dengan dampak kerusakan yang besar pada seorang anak.

Sindrom Trauma Perkosaan

PTSD dialami oleh korban perkosaan. Istilah PTSD digunakan untuk menggolongkan sekumpulan tanda - tanda, simptom dan reaksi pada korban perkosaan. Korban perkosaan dapat menderita trauma psikologis dalam tingkat tertentu selama, setelah, dan dalam jangka waktu tertentu setelah kejadian.
Sindrom Trauma Perkosaan menjelaskan tiga tahap psikologis yang dilalui korban perkosaan : Tahap akut, tahap penyesuaian keluar, tahap normalisasi.

Tahap akut

  • Simptom bisa berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan bisa tumpang tindih dengan tahap penyesuaian keluar. Perilaku yang mungkin terjadi di tahap akut adalah:
  • Hilang kewaspadaan
  • Tidak bereaksi, kaku, dingin
  • Sensor tumpul, afektif dan fungsi ingatan
  • Disorganisasi isi pikiran
  • Muntah
  • Muak, jijik
  • Kecemasan
  • Kebingungan
  • Sangat sensitif terhadap orang lain
  • Tidak semua korban menunjukan emosi mereka. Beberapa mungkin kelihatan tenang dan seperti tidak terpengaruh oleh apa yang sudah terjadi.

Tahap penyesuaian keluar

  • Korban pada tahap ini terlihat mulai kembali pada kehidupan normalnya tetapi ada keributan di dalam yang mungkin menjelma menjadi perilaku berikut:
  • Terus mengalami kecemasan
  • Merasa tidak berdaya
  • Terus mengalami ketakutan atau depresi
  • Suasana hati yang berubah - ubah dari gembira ke depresi atau marah
  • Gangguan tidur seperti mimpi - mimpi yang jelas, dan mimpi buruk yang berulang
  • Insomnia, terjaga, teror malam hari
  • Flashback
  • Dissociation (perasaan seperti keluar dari tubuh)
  • Serangan panik
  • Mengunakan mekanisme penanggulangan seperti menyakiti diri sendiri, obat - obatan, agama, keluarga

Gaya hidup

  • Korban pada tahap ini bisa mempunyai gaya hidup yang terpengaruh dalam beberapa cara berikut:
  • Merasa tidak aman
  • Ragu - ragu memasuki hubungan baru
  • Hubungan seksual menjadi terganggu. Korban biasanya tidak mampu membangun kembali hubungan seksual yang normal dan sering takut dengan kontak seksual untuk beberapa waktu setelah kejadian. Beberapa melaporkan terhalangi respon seksualnya dan flashback pada kejadian perkosaan selama intercourse. Sebaliknya beberapa wanita ada yang menjadi hyper-seksual menyusul penyerangan seksual, kadang - kadang sebagai isyarat bahwa mereka memiliki kuasa dan pilihan pada hubungan seksual mereka.
  • Setelah kejadian perkosaan beberapa korban melihat dunia sebagai tempat yang menakutkan untuk hidup sehingga mereka membuat batasan pada hidup mereka sehingga aktifitas normal akan terganggu. Contoh, mereka mungkin menghentikan aktifitas yang berhubungan dengan masyarakat, grup, atau perkumpulan. Atau seorang ibu korban perkosaan akan memberikan batasan yang tidak masuk akal pada kebebasan anak - anak mereka.
  • Selama tahap ini. korban bisa mengembangkan ketergantungan pada alkohol, rokok atau narkoba, baik dengan resep dokter atau secara ilegal.

Respons fisik


Respons fisik yang terjadi dapat meliputi sakit kepala, kelelahan,  rasa sakit di dada, tenggorokan, lengan atau kaki. Simptom khusus dapat terjadi di bagian yang berhubungan dengan penyerangan. Korban perkosaan oral bisa mempunyai berbagai keluhan pada mulut dan tenggorokan, sementara korban perkosaan vagina dan anal mempunyai reaksi fisik yang berbeda. 

Gangguan makan

Gangguan selera makan dapar terjadi seperti mual dan muntah. Korban perkosaan juga mempunyai kecenderungan berkembang menjadi anorexia atau bulimia

Phobia


  • Sistim pertahanan psikologis yang umum yang dapat terlihat pada korban perkosaan adalah berkembangnya ketakutan dan phobia khususnya pada lingkungan perkosaan, sebagai contoh :
  • Takut di tempat keramaian
  • Takut berasa sendirian
  • Takut pada pria
  • Takut bepergian ke luar (agoraphobia)
  • Ketakutan spesifik yang berhubungan dengan karakteristik pemerkosa, seperti kumis, rambut keriting, bau - bauan alkohol atau rokok, jenis pakaian atau mobil.
  • Beberapa korban dapat sangat curiga, paranoid pada orang asing
  • Beberapa merasa ketakutan pada semua orang

Tahap Normalisasi


Pada tahap ini, korban menyatu dengan peristiwanya dalam hidupnya sehingga perkosaan itu tidak lagi menjadi fokus di kehidupan mereka.  Selama tahap ini, perasaan - perasaan negatif seperti rasa bersalah dan rasa malu menjadi terpecahkan dan korban tidak lagi menyalahkan diri mereka atas penyerangan itu.

Terapi Trauma


Alternative Trauma Therapy
memberikan jasa pelayanan personal untuk mengatasi isu - isu trauma anda, baik trauma perkosaan, trauma kematian orang dekat, trauma penolakan, trauma penghianatan, trauma kecelakaan, trauma bencana alam, trauma kekerasan dalam rumah tangga, trauma masa kecil, trauma kekerasan fisik dan emosional lainnya.

Tidak ada komentar: